Tak terasa usia sekolah kita tercinta telah mencapai angka 34. Ya! Sebangian besar orang mennganggap, usia kepala tiga adalah usia yang matang dalam pemikiran. Sekolah kita telah berhasil melewati perkembangan zaman dengan tetap menerapkan disiplin ketat kepada murid-muridnya. Tak ayal, banyak sekali para alumni yang hatinya terpaut erat dengan SMADA.
Namun, janganlah label kematangan tersebut diartikan sebagai suatu kelebihan. Sebuah tantangan adalah makna sudut pandang yang bijak untuk memaknainya. Tantangan bagi guru, tantangan bagi siswa, tantangan bagi staf TU, bahkan bagi alumni. Alumni? Setiap siswa yang telah lulus, hendaknya memberikan kontribusi bagi sekolah. Bukan materi, tetapi dengan prestasi yang membanggakan di mana pun alumni berada. Sekolah pun tidak menuntut, tetapi hendaknya kesadaran hati dan semangat tinggi yang menuntun para alumni untuk melakukan yang terbaik. Mau tidak mau, ikatan antar pinandhita tidak dapat terputus karena kuatnya rasa kebersamaan yang terbina selama tiga tahun.
Selain itu, sebagai siswa SMADA, mau tidak mau harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi kepada sekolah. Untuk itu, janganlah hal tersebut dijadikan beban yang sangat berat untuk dipikul, melainkan sebagai tebing tinggi yang harus didaki untuk mencapai puncak. Hal itu dikarenakan sekolah telah menggodok para siswa menjadi pribadi-pribadi yang anggun bernuansa imtaq dan iptek, dan berwawasan internasional.
Peningkatan level sekolah dari SSN (Sekolah Standar Nasional) menuju SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) merupakan nilai plus untuk mengibarkan prestasi ke kancah yang lebih luas lagi. Proses pencapaiannya pun boleh dibilang cukup sukses, terbukti dengan SMADA yang menyandang status R-SMA-BI. Tugas warga SMADA adalah meningkatkan kualitas belajar-mengajar untuk mencapai prestasi yang dapat membanggakan pribadi dan mengharumkan nama sekolah.
Harapan di usia 34 tahun ini, sekolah menjadi ujung tombak penerus generasi bangsa yang mampu mengantarkan Indonesia menuju gerbang kesuksesan. Usia 34 tahun juga dapat menjadi momok yang menakutkan bila kita tidak dapat memanfaatkan dengan baik, karena usia bukanlah tolak ukur suatu kesuksesan. Maka, tiru filosofi padi, yaitu makin tua, makin merunduk. Semakin bertambah usia, SMADA semakin rendah hati dengan ilmu-ilmu dan kreativitas yang terus tercipta demi kemajuan bangsa.
Read more >>
Namun, janganlah label kematangan tersebut diartikan sebagai suatu kelebihan. Sebuah tantangan adalah makna sudut pandang yang bijak untuk memaknainya. Tantangan bagi guru, tantangan bagi siswa, tantangan bagi staf TU, bahkan bagi alumni. Alumni? Setiap siswa yang telah lulus, hendaknya memberikan kontribusi bagi sekolah. Bukan materi, tetapi dengan prestasi yang membanggakan di mana pun alumni berada. Sekolah pun tidak menuntut, tetapi hendaknya kesadaran hati dan semangat tinggi yang menuntun para alumni untuk melakukan yang terbaik. Mau tidak mau, ikatan antar pinandhita tidak dapat terputus karena kuatnya rasa kebersamaan yang terbina selama tiga tahun.
Selain itu, sebagai siswa SMADA, mau tidak mau harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi kepada sekolah. Untuk itu, janganlah hal tersebut dijadikan beban yang sangat berat untuk dipikul, melainkan sebagai tebing tinggi yang harus didaki untuk mencapai puncak. Hal itu dikarenakan sekolah telah menggodok para siswa menjadi pribadi-pribadi yang anggun bernuansa imtaq dan iptek, dan berwawasan internasional.
Peningkatan level sekolah dari SSN (Sekolah Standar Nasional) menuju SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) merupakan nilai plus untuk mengibarkan prestasi ke kancah yang lebih luas lagi. Proses pencapaiannya pun boleh dibilang cukup sukses, terbukti dengan SMADA yang menyandang status R-SMA-BI. Tugas warga SMADA adalah meningkatkan kualitas belajar-mengajar untuk mencapai prestasi yang dapat membanggakan pribadi dan mengharumkan nama sekolah.
Harapan di usia 34 tahun ini, sekolah menjadi ujung tombak penerus generasi bangsa yang mampu mengantarkan Indonesia menuju gerbang kesuksesan. Usia 34 tahun juga dapat menjadi momok yang menakutkan bila kita tidak dapat memanfaatkan dengan baik, karena usia bukanlah tolak ukur suatu kesuksesan. Maka, tiru filosofi padi, yaitu makin tua, makin merunduk. Semakin bertambah usia, SMADA semakin rendah hati dengan ilmu-ilmu dan kreativitas yang terus tercipta demi kemajuan bangsa.